Beranda | Artikel
Kisah Para Sahabat dalam Fastabiqul Khairat
Selasa, 2 Juli 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Kisah Para Sahabat dalam Fastabiqul Khairat merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. dalam pembahasan Kitab Ahsanul Bayan min Mawaqifi Ahlil Iman karya Syaikh Abu Islam Shalih bin Thaha Abdul Wahid rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 27 Jumadal Akhirah 1440 H / 04 Maret 2019 M.

Download juga kajian sebelumnya: Berlomba-Lomba dan Bersegera Untuk Mendapatkan Negeri Akhirat

Download kitab أحسن البيان من مواقف أهل الإيمان” versi PDF di sini

Kajian Tentang Kisah Para Sahabat dalam Fastabiqul Khairat – Kitab Ahsanul Bayan

Pada kesempatan yang mulia ini kita akan langsung bahas tentang beberapa contoh dari berlomba-lombanya generasi yang terbaik, generasi Sahabat Rasul kita yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam. Mereka merupakan contoh kita, mereka adalah generasi yang terbaik, yang dipuji oleh Rasul kita yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam.

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah kurunku, kemudian yang setelah mereka dan kemudian yang setelah mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beberapa contoh tentang bagaimana mereka berlomba-lomba dalam kebaikan.

Perlombaan para Sahabat dalam berinfak dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Diantaranya apa yang dikatakan oleh Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi dan yang lainnya. Dimana beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memerintahkan kita semua untuk bersedekah dan Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu ingin mengalahkan Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu.

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَتَصَدَّقَ ، وَوَافَقَ ذَلِكَ مَالا عِنْدِي ، فَقُلْتُ : الْيَوْمَ أَسْبِقُ أَبَا بَكْرٍ ، إِنْ سَبَقْتُهُ يَوْمًا ، فَجِئْتُ بِنِصْفِ مَالِي ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” مَا أَبْقَيْتَ لأَهْلِكَ ؟ ” ، قُلْتُ : مِثْلَهُ ، وَأَتَى أَبُو بَكْرٍ بِكُلِّ مَا عِنْدَهُ ، فَقَالَ لَهُ : ” يَا أَبَا بَكْرٍ ، مَا أَبْقَيْتَ لأَهْلِكَ ؟ ” قَالَ : أَبْقَيْتُ لَهُمُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ، فَقُلْتُ : لا أُسَابِقُكَ عَلَى شَيْءٍ أَبَدًا .

“Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Umar berkata: ‘Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bertanya: ‘Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Kujawab: ‘Semisal dengan ini’. Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam lalu bertanya: ‘Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Abu Bakar menjawab: ‘Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya’. Umar berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

Lihatlah, beliau berkata:

الْيَوْمَ أَسْبِقُ أَبَا بَكْرٍ

“Hari ini aku akan kalahkan Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu.”

Umar berkata demikian karena dia tahu bahwa Abu Bakar As Shiddiq tidak pernah dikalahkan dalam hal kebaikan. Ini adalah perlombaan yang baik.

Subhanallah..

Ini adalah pelajaran yang luar biasa. Perlombaan para Sahabat Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hal kebaikan. Dari sini kita bisa ambil pelajaran bagaimana darmawannya Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu. Dan Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu tidak hanya itu saja. Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu terdepan dalam semua amalan.

Pada suatu hari Abu Bakar As Shiddiq duduk di samping Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersama para Sahabat.

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ صَائِمًا؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
قَالَ: فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ جَنَازَةً؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
قَالَ: فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مِسْكِينًا؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
قَالَ: فَمَنْ عَادَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مَرِيضًا؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ، إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Siapakah diantara kalian yang puasa pada hari ini?” Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Saya.”
Nabi bertanya, “Siapakah diantara kalian yang mengiringi atau mengantarkan (pemakaman) jenazah pada hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.”
Nabi bertanya lagi, “Adakah diantara kalian yang memberikan makan kepada orang miskin hari ini?” Abu Bakar menjawb, “Saya.”
Nabi bertanya lagi, “Adakah diantara kalian yang menjenguk orang sakit pada hari ini?” Abu Bakar berkata, “Saya.” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,”Tidaklah kebaikan-kebaikan ini berkumpul pada seseorang kecuali dia akan masuk syurga” (HR. Muslim)

Lihatlah tanafus (perlombaan yang baik) diantara para Sahabat Rasul kita yang mulia. Mereka mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ

Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan” (QS. Al-Baqarah[2]: 148)

Ini adalah salah satu contoh perlombaan mereka dalam berinfak dan dalam beramal.

Kisah Pertama – Perlombaan dalam berjihad dijalan Allah dan dalam mencari mati syahid

Semoga di dada kita ada niatan untuk mati syahid -meninggal di atas jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala-. Dan orang yang mempunyai niat meninggal dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia akan berada didalam jihad walaupun dia meninggal di atas kasurnya. Oleh karena itu hendaknya kita tanamkan jihad di hati kita.

Contoh pertama

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ سَيْفًا يَوْمَ أُحُدٍ فَقَالَ مَنْ يَأْخُذُ مِنِّي هَذَا فَبَسَطُوا أَيْدِيَهُمْ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ يَقُولُ أَنَا أَنَا قَالَ فَمَنْ يَأْخُذُهُ بِحَقِّهِ قَالَ فَأَحْجَمَ الْقَوْمُ فَقَالَ سِمَاكُ بْنُ خَرَشَةَ أَبُو دُجَانَةَ أَنَا آخُذُهُ بِحَقِّهِ قَالَ فَأَخَذَهُ فَفَلَقَ بِهِ هَامَ الْمُشْرِكِينَ

“Dari Anas bahwa pada waktu perang Uhud, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengambil sebilah pedang dan bertanya: “Siapakah di antara kalian yang ingin mengambil pedang ini dariku?” Para Sahabat berlomba-lomba mengulurkan tangan sambil berkata; “Saya, Saya.” Kemudian Rasulullah bertanya lagi: “Siapakah yang siap mengambil pedang ini dengan menunaikan haknya?” Para Sahabat mundur teratur, hingga datang Simak bin Kharasyah Abu Dujana, seraya berkata; “Saya siap mengambilnya dengan menunaikan haknya.” Anas berkata; “Simak bin Kharasyah mengambil pedang itu dan mempergunakannya untuk menyerang pasukan kaum musyrikin.””

Dalam kisah ini ada perlombaan. Semua Sahabat ingin mendapatkan pedang itu. Ini perlombaan yang luar biasa dari para Sahabat Rasul kita yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam.

Kisah kedua

Ada seorang Sahabat yang lain bernama Amr bin Jamuh. Dia adalah seorang Sahabat Nabi yang mulia. Dia sudah tua dan bahkan kakinya pincang. Beliau mempunya empat anak laki-laki yang sudah menjadi pemuda. Empat anak muda yang merupakan putra Amr Ibnul Jamuh ini berjihad bersama Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ketika perang uhud, keempat anak muda ini hendak berangkat mengikuti peperangan. Dan ternyata ‘Amr bin Jamuh juga mempunyai keinginan untuk ikut berjihad di perang uhud. Dia tidak ingin kalah dan dari anak-anaknya yang masih mudah.

Anak-anaknya berkata kepada ayahnya, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kepada engkau keringanan wahai ayah. Dan kalau kau duduk saja di rumah, kami berempat yang berjihad. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mewajibkan jihad kepada engkau.”

Karena dilarang sama anak-anaknya dan keinginan jihadnya sangat kuat sekali, ‘Amr bin Jamuh mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata, “Sesungguhnya putra-putraku melarangku untuk berjihad bersama engkau. Dan demi Allah aku sangat berharap bahwa aku ini mati syahid sehingga aku bisa menapakkan kakiku yang pincang ini di surga kelak.”

Akhirnya ‘Amr bin Jamuh keluar bersama Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan meninggal mati syahid di Uhud.

Pertempuran yang terjadi di bulan Syawal pada tahun 3 Hijriyah dan awalnya menang. Tetapi karena ada sebagian dari kaum Muslimin yang berijtihad dengan ijtihad yang tidak tepat sehingga terjadilah kekalahan. Mereka tidak mengikuti apa yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ini pelajaran. Kalau kita tidak mengikuti sunnah Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sehebat apapun kita, kita tidak akan menang menghadapi musuh-musuh Allah. Kemenangan itu ketika kita berada didalam sunnah yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam.

Kisah Ketiga

Contoh berlomba-lombanya para Sahabat dalam beribadah, dalam berdzikir kepada Allah dan dalam beramal shaleh.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata bahwa orang-orang miskin kaum Muhajirin mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka berkata, “Sesungguhnya orang-orang kaya sudah memborong pahala, memborong derajat derajat yang tinggi, kenikmatan yang abadi.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Apa itu?” Mereka berkata kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

يُصَلُّونَ كمَا نُصَلِّي، ويَصُومُونَ كمَا نَصُومُ. وَيَتَصَدَّقُونَ وَلاَ نَتَصَدَّقُ، ويَعتِقُونَ وَلاَ نَعتقُ

“Mereka shalat seperti kami shalat, mereka puasa seperti kami puasa, tetapi mereka bersedekah sedangkan kami tidak bisa bersedekah, mereka bisa memerdekakan budak, kami tidak bisa memerdekakan budak.”

Lihat yang dikeluhkan atau yang disampaikan oleh para Sahabat Muhajirin yang miskin. Mereka bukan iri dari apa yang dimiliki oleh Sahabat yang kaya. Sahabat Rasul yang miskin tidak iri dengan harta yang dimiliki oleh orang-orang kaya dari mereka. Tetapi mereka iri tentang amalannya.

Simak kelanjutan kisahnya pada menit ke-23:45

Download Kajian Tentang Kisah Para Sahabat dalam Fastabiqul Khairat – Kitab Ahsanul Bayan


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47290-kisah-para-sahabat-dalam-fastabiqul-khairat/